Semudah Menggunakan Rupiah

Sudah banyak pasar yang menerima dinar-dirham sebagai alat pembayaran, bahkan sudah ada pecahan dirham untuk membeli kebutuhan berharga murah. Lima tahun lalu banyak orang yang tidak menggunakan dinar-dirham dengan alasan tidak praktis, tidak ada pedagang yang mau menerima, dan tidak ada nilai pecahan untuk membeli barang atau jasa yang berharga murah. Kalaupun ada pemanfaatan dinar-dirham, saat itu hanya sebagai alat simpan atau investasi saja. Kini, seiring berputarnya waktu, melalui inovasi dan gebrakan yang dilakukan para penggiat dinar-dirham, kendala-kendala teknis itu teratasi. Seperti yang dilakukan Wakala Induk Nusantara (WIN), salah satu lembaga penyedia dinar-dirham di Indonesia. Pada April 2010, WIN meluncurkan Daniq (1/6 dirham). “Sekarang umat bisa membeli barang-barang murah dengan menggunakan daniq dirham. Misalnya membeli mie instan,” jelas Zaim Saidi, Direktur Utama WIN.

WIN juga mencetak dan mengeluarkan ½ Dirham (nisfu dirham), 1 dirham, 2 dirham (dirhamayn), 5 dirham, ½ dinar (nifsu dinar), 1 dinar, dan 2 dinar (dinarayn). Selain WIN, ada juga lembaga yang mencetak sekaligus mengeluarkan dinar-dirham di Indonesia, di antaranya Koperasi Dinarku, Gerai Dinar, dan Indonesia Mint Nusantara (IMN). Untuk update harga dinar-dirham dapat mengakses situs www.wakalanusantara.com, www.dinarfirst.org, www.geraidinar.com, dan www.dinarku.com.

Memanfaatkan Teknologi

Kemajuan teknologi dimanfaatkan pula para penggiat dinar-dirham untuk mempopulerkan penggunaan dinar-dirham kepada masyarakat luas. Salah satunya apa yang dilakukan Muhaimin Iqbal, pemilik Gerai Dinar. Muhaimin telah memprakarsai pembelian barang atau jasa secara online dengan menggunakan alat tukar dinar-dirham.

Muhaimin membuat situs www.dinarworld.com untuk memfasilitasi penjual dan pembeli melakukan transaksi dengan dinar-dirham. Caranya, penjual tinggal mengiklankan produknya di situs tersebut. Hingga pertengahan Juni 2010, sudah ada sekitar 45-an pengiklan di situs tersebut. “Situs ini saya sediakan gratis,” ujar penulis buku Dinar Solution ini.

Agar proses transaksinya berjalan lancar, Muhaimin memperkenalkan sistem pembayaran dengan M-Dinar; sebuah sistem pembayaran berbasis dinar atau gold dinar payment system. Selain sebagai tabungan, M-Dinar dapat difungsikan untuk pembayaran. Nasabah yang telah memiliki account M-Dinar tinggal memanfaatkan fasilitas ini dengan menggunakan handphone, komputer, atau notebook. Nanti akan terjadi pengurangan saldo tabungan, bila nasabah melakukan transaksi.

Pemanfaatan teknologi dengan meluncurkan pasar Islam online juga dilakukan oleh Koperasi Syariah Dinarku. Sony Sugema, pendiri Koperasi Syariah Dinarku, mengatakan meski baru tahap rencana tapi sudah banyak pihak mendesak agar portalnya segera dioperasikan. “Terus terang kita juga sering mendapat pertanyaan, kapan pasar online akan diluncurkan? Mudah-mudahan tidak lama lagi akan segera beroperasi, ” ungkap ayah sebelas anak ini.

Pihaknya sebetulnya sudah memiliki alamat portal atau situs yang bakal dimanfaatkan sebagai pasar online, yakni www.pasarukaz.portalcepat.com. Namun, ketika Suara Hidayatullah coba mengaksesnya, di dalamnya belum ada data-data yang diperbaharui.

Dalam menyambut Ramadhan, akhir Juli 2010 ini, Koperasi Syariah Dinarku akan menggelar pasar Islam. Lokasinya di selasar Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jalan Diponegoro Bandung, Jawa Barat. Sebanyak 150 stan disediakan bagi para pedagang Muslim maupun non Muslim. Pasar ini dibuka oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.

Sementara itu, Islamic Mint Nusantara (IMN) ikut mengandalkan kemajuan teknologi untuk menarik minat masyarakat menggunakan dinar-dirham. Saat ini IMN memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mengetahui rate (kurs), sehingga pengguna dinar-dirham bisa mengecek lewat handphone. Demikian juga jika ingin membayar dengan dinar-dirham bisa melalui transfer bank. “Kami akui, saat ini kami masih kerja sama dengan bank konvensional untuk layanan transfernya. Karena darurat saja,” jelas Abbas Firman mewakili IMN.

Tak Ada Halangan

Munculnya inovasi dan gebrakan untuk memudahkan penggunaan dinar-dirham; seperti maraknya pasar-pasar Islam, adanya pecahan dirham, dan pemanfaat kemajuan teknologi, tentu patut disyukuri. Menurut Zaim, secara teknis sudah tak ada halangan lagi untuk menjadikan dinar-dirham sebagai alat tukar. “Beberapa tahun yang lalu kita sangat sulit menerapkan dinar-dirham. Kalau sekarang kemudahan-kemudahan itu sudah ada. Contohnya, pasarnya sudah ada, modelnya sudah ada, dan mata uangnya juga sudah lengkap.”

Namun, kata Zaim, meski kemudahan itu sudah di depan mata, masih ada saja sebagian umat Islam yang hanya menjadikan dinar-dirham sebagai alat simpan saja. Padahal, tambah Zaim, dinar-dirham itu sama fungsinya seperti mata uang lainnya, selain sebagai alat simpan juga alat tukar. “Kalau ada orang yang seperti itu, apa bedanya dengan penimbunan. Uang kertas itu riba. Allah memerintahkan kita untuk meninggalkan riba. Hanya dengan ketakwaanlah yang membuat seseorang mampu meninggalkan riba dengan beralih kepada dinar-dirham,” tandasnya.

Hal senada juga disampaikan Sony Sugema. “Bukan itu (menyimpan) tujuan dinar-dirham dihidupkan kembali, tetapi bagaimana kita menabung dengan aman dan efektif. Harta itu tidak boleh hanya berputar di kalangan tertentu, tapi harus bisa menghidupkan ekonomi umat,” jelas Sony.

Sumber : http://majalah.hidayatullah.com/?p=1802

Tidak ada komentar:

Posting Komentar